Rules Of The Game

Biar blog kita enak dipandang dan enak dibaca, tulisan kalian jangan langsung dipublish yakkk...

so, this is the rule :

Maap bukannya meremehkan kalian, aku yakin kalian semua wes pada canggih-canggih, tapi ini mengantisipasi teman-teman yang belum familiar dengan blogspot, monggo disimak…

1. Buka www.blogspot.com, lalu masukkan email dan passwordnya (email dan password untuk membuka blog kita nanti diinformasilan lewat milis, soale iki tersebar luas cah, mengko ada penyusup masuk berbahaya ehehe..).

2. ......... baca selengkapnya


Wednesday, September 16, 2009

Bandar Surat Cinta


Menjadi mak comblang, lakon yang tidak pernah terlintas di pikiranku sama sekali. Aneh..yah, karena memang menurutku aneh “mencomblangi” dan “tidak suka dicomblangi” ehehe. Tapi setiap peristiwa yang pernah terjadi toh bukan masalah kita suka atau tidak, kita memang bisa memilih tapi ada banyak hal yang terjadi tanpa kita bisa mengelak. Seperti sulitnya mengelak saat teman sebangkuku saat SMAku dulu mengompori untuk membuatkan surat cinta untuk teman lelaki kami sekelas.

Banyak cerita cinta yang sebenarnya hanya membutuhkan sebuah “pernyataan” untuk pada akhirnya mereka berdua akhirnya sama-sama mengakui bukan?tapi bukankah tak terhitung banyaknya kisah cinta yang pada akhirnya hanya menjadi cerita cinta satu sisi, “mengagumi dalam hati”, sampai menjadi “penggemar gelap (iki mesti Tedjo…ehehe saiki wes penggemar rodo putih ikikik) karena tiadanya “pengakuan”. Dan begitulah cerita mengalir saat aku mempunyai seorang sahabat lelaki sekelasku yang jatuh cinta pada X (sahabat perempuanku yang seangkatan tapi lain kelas), dan setelah melalui penyelidikan bersama teman sebangkuku (my partner in crime), wawancara mendalam wakakak..akhirnya hipotesis sementara kami menyimpulkan, hanya butuh pernyataan salah satunya untuk mereka bisa “jadian”.
Dan tradisi lama bahwa lelaki harus “maju” duluan masih berlaku, jadi bola ada di tangan teman co’ku itu.

Tapi kami yang setengah mati “mengompori” si teman co’ kami untuk segera menyatakan cintanya tidak juga membuat lidahnya yang kelu dan keberaniaannya yang segelintir waktu itu untuk mau maju. Nah, ternyata di sinilah peran mak comblang beraksi. Sepucuk surat cinta, rangkaian kata-kataku yang naskah aslinya masih tersimpan hingga kini segera meluncur ke tangan si gadis manis itu. Dengan embel-embel nama si temen co’ ku, yang pasti sebelumnya sudah mendapat Acc darinya, dengan tanda senyum simpul, yang kira-kira artinya adalah ‘setengah berharap, setengah pasrah

Ding Dong…tak menunggu lama, surat balasanpun diterima, kami membacanya bertiga (weeew kejahatan beramai-ramai). Surat balasan yang berwarna merah jambu nan harum itu yang ditulis rapi jali oleh si teman perempuan itupun sampai di tangan. Kembang kempis nafas si temanku itu, merah meronalah wajahnya, tak susah menebaknya, kawan, cinta si temanku itu diterima dan jadianlah mereka. Kyaaa..misi berhasil!..
Tapi kesusahan berikut muncul, manakala surat cinta berikut dan berikut lagi, aku harus meluncurkan rayuan plus puisi-puisi cinta picisan secara rutin…ufff. Maklum, zaman kita dulu belum kenal internetan, nggak bisa chat, sms atau telpon..hingga walaupun terpisah beberapa kelas saja, surat cinta menjadi media nan praktis tapi romantis.
Keberhasilan ramuan surat cintaku yang mujarab itupun mampir ke telinga salah seorang teman yang sedang gandrung, hingga dengan serta merta memesan surat cinta padaku. Dooohh..kok jadi bandar surat cinta begini yah ehehe…

Berlembar-lembar naskah asli surat cinta untuk mereka masih tersimpan rapi hingga kini, walau pasangan itu akhirnya tak sampai jenjang pernikahan, dan rahasiapun masih rapat tersimpan ihihi..namun tetap saja patut untuk dikenang. Sampai pada akhirnya setahun lalu, ada sayembara menulis surat cinta yang diadakan GagasMedia, membuatku berpikir, aku sering membuat surat cinta, tapi tidak pernah untuk diriku sendiri. Dan lewat sayembara yang akan memilih 25 karya terbaik untuk dibukukan itu, akupun tertantang untuk ikut. Demi menghitung peluang, 25 karya terpilih yang akan dimasukkan buku, dan rumus peluang menghasilkan kesimpulan “kebangetan kalo nggak masuk ehehe” maka kukirimkanlah dua karyaku, dan memang setiap pengirim dibatasi hanya 2 karya.

Bla..Bla…dan yaap, dua surat cintaku itupun akhhirnya berhasil ada di deretan isi buku “True Love Keeps No Secret” terbitan gagas media itu. Ambisi bertahun-tahun untuk bisa membuat buku tuntas sudah, walaupun masih rombongan tapi lumayan juga. Tapi sebagaimana rumus impianku “ Saat sudah mencapai di sebuah titik yang kita tuju, kita harus melemparkannya jauh lagi ke depan”, dan ambisi belum lagi tuntas. Yah, karena karya rombongan, hanya nama-nama beken penulis seperti Raditya Dika dan Aditya Mulya saja yang namanya terpajang di cover buku itu, sedang penulis kroco seperti diriku harus puas terwakili dengan tulisan di cover ” 25 karya terpilih sayembara surat cinta” huks..huks. Tapi suatu saat, ingin ada namaku di cover depan sebuah buku!

Posted by SiwiMars

1 comment:

b@w said...

wakakakakak....
editornya wae le posting gak justify....
hehehe

Post a Comment